Sedikit nostalgia aja sebelum saya me-review motor ini…
Suzuki GSX-R150 pertama kali diperkenalkan pada acara IMOS di tahun 2016 yang lalu, bersamaan dengan saudara alter-egonya, GSX-S150. Dengan tidak sabar, saya memutuskan untuk datang ke acara pameran tersebut di hari pertama. Saya pikir karena masih hari kerja, pameran tidak akan penuh-penuh banget. Too bad I miscalculated it! Pameran tetep aja rame puoll. Yah, berhubung sudah keburu datang, mending saya nikmatin aja deh pamerannya.
Satu-satunya niat saya untuk datang ke IMOS 2016 hanyalah untuk melihat motor ini. Dan setelah melihat langsung, fix saya langsung jatuh hati dengan desain dan build quality motor ini. Ditambah dengan iming-iming harganya waktu itu yang tidak sampai 29 juta, makin memantapkan niat saya untuk mengganti Old Cibi yang sudah menemani saya selama 3 tahun.
Old Cibi ini sendiri adalah cinta pertama saya dengan motor bermesin DOHC. Biarpun banyak yang bilang Old Cibi adalah produk nanggung, saya tidak banyak menemui masalah dengan Old Cibi. Malah bisa dikatakan sangat reliable, biarpun memang saya akui build quality Old Cibi tidak bagus-bagus amat. Tapi pembuktian tetaplah bukti, Old Cibi sudah membawa saya ke Bandung pulang-pergi tanpa ada masalah apapun. Paling hanya power mesin yang sedikit drop karena masih memakai oli Shell Advance Ultra yang sudah berumur 1600km.
Jadi kenapa saya mengganti Old Cibi dengan GSX-R150? Jawabannya sesimpel fitur motor ini yang ga banyak kosmetik atau fitur-fitur mubadzir lainnya. Sometimes simplicity can defeat complexity, dan Suzuki berhasil melakukannya dengan mini GSX ini. Simple, yet powerful. Simple, yet beautiful.
Kayaknya kita mulai dari dashboard aja ya, karena daerah inilah yang akan sering dilihat ketika riding. Impesinya sih, dashboard-nya rapih karena kabel-kabelnya disusun sedemikian rupa agar tidak mengganggu pandangan ke digital speedometer-nya. Lalu fitur-fitur speedo-nya juga 99% pasti terpakai untuk riding harian, seperti :
- Jam
- Trip A/B
- Fuel Consumption A/B
- RPM meter
- Speed indicator
- Fuel Indicator
- FI check
- Lampu Gear Shift (bisa disetel manual)
- Gear position
- Odometer
- Turn Light kanan dan kiri
- Overheat Warning Light
Teknologi LED pada motor ini hanya disematkan pada lampu senja, lampu plat nomor belakang, dan lampu utamanya saja. Sisanya masih bohlam, seperti lampu sein dan lampu stop. Kekuatan cahaya lampu utamanya juga lumayan memuaskan. Sinar jatuh lampu dekat dan jauhnya sudah pas dan terang berwarna putih. Tapi di saat hujan di malam hari sajalah, lampu LED ini menjadi tidak berguna jika mata kita sedang tidak awas.
Satu fitur yang paling menonjol dari GSX-R150 adalah Keyless-nya. Jadi kita hanya perlu menaruh remote di kantong jaket, pastikan remote dalam posisi On, dan Keyless pada motor bisa kita fungsikan. Ada 4 posisi kunci keyless-nya , yaitu lock, off, acc, dan ignition. Jika kita ingin mengisi bensin, posisikan knob keyless pada posisi acc (tanda titik), lalu cabut dan disitulah terdapat kunci untuk membuka tangki bensin dan jok belakang. Ngomong-ngomong soal tangki bensin, nih motor punya tangki yang tebal loh. Coba aja diketok-ketok, ga kedengeran kayak suara kaleng kosong. Solid abis!
Untuk daerah kaki-kaki GSX 150, swing arm masih pakai kotak, suspensi depan masih teleskopik, dan suspensi belakang sudah monoshock yang dilengkapi dengan link. Jika bahasa keren dari merk sebelah, biasa disebut pro-link, unitrak, atau monocross. Saya tidak tahu disebut apa kalau di Suzuki, jadi jika ada pembaca ada yang tahu mohon sebutkan di kolom komen yah…!
Knalpot standarnya memiliki dua lubang. Hasil output suaranya termasuk ngebass dan terkesan bertenaga. Jika mesin sedang berkitir tinggi, suaranya makin melengking dan enak terdengar di telinga. Minusnya, dimensi knalpot terlalu besar dan tidak dilengkapi protektor sehingga rawan baret seperti gambar di atas.
Hal spesial kedua setelah Keyless, yaitu rantai motor ini yang sudah memakai tipe O-Ring. Baru kali ini saya menemukan motor dibawah 200cc yang sudah memakai rantai O-Ring dari standar pabrik. Jadi soal daya tahan rantai, saya berani bilang GSX-150 akan menjadi pionir di kelasnya.
Di beberapa titik pada bodi motor ada coakan-coakan kecil yang dipercaya untuk mencegah air menggumpal saat sedang dicuci. Dan ternyata saat saya praktekkan memang benar, detail coakan ini benar-benar berfungsi seperti yang saya duga.
Sama seperti saudara singsetnya, Satria FUFI, GSX-150 dilengkapi dengan pendingin air dengan dimensi radiator yang super gede. Sepertinya pelindung radiator wajib untuk dipasang karena seperti yang terlihat pada gambar, cipratan dari ban depan sangat mudah mengotori radiator. Tapi tak masalah selama sang empunya rajin mencuci motornya.
Catet yah, ini baru sekedar review awal saja karena saya berencana akan membuat 2 part lanjutan dari postingan ini, yaitu review riding harian dan review oli standar pabriknya. Dan karena saya sudah riding dengan total 2rb km bersama GSX-R150 ini, you can expect more about this sportbike…!
Sampai jumpa di postingan selanjutnya 🙂